Kamis, Agustus 19, 2010

Tsunami Matahari Pertanda Zaman Es Baru?

INILAH.COM, Jakarta - Senin (1/8) lalu, matahari mengirimkan gelombang tsunaminya ke bumi. Aktivitas setelah tidur panjang itu, bisa jadi tanda zaman es baru di bumi.

Matahari telah diam selama beberapa tahun terakhir. Tapi diamnya terlalu tenang. Biasanya matahari naik dan turun dalam siklus tidur-bangun yang berlangsung rata-rata selama 11 tahun.

Saat matahari sedang maksimum maka bisa mengeruhkan lapisan luar dan belang-belang sunspots di permukaannya. Jilatan api matahari menakjubkan juga akan menjulur ke ruang angkasa, serta gumpalan partikel bermuatan memuntahkan semburan plasma yang dapat mencapai bumi.

Matahari minimum telah memasuki masa tenang, dan kesunyian mengerikan itu telah berlangsung selama sekitar dua tahun. “Orang-orang mulai gelisah,” kata astronom surya Leon Golub dari Harvard-Smithsonian.

Pada 1 Agustus lalu matahari mulai bangun namun belum dengan sepenuh hati. Website SpaceWeather.com menyebut ‘suar matahari kelas C3 dan tsunami surya’. Kondisi itu juga ditangkap dalam bentuk video spektakuler oleh Dynamics Solar Observatory NASA yang baru diluncurkan Februari.

Sebuah sendawa matahari telah mengirimkan awan partikel bermuatan raksasa menuju bumi. Partikel itu tiba pada beberapa hari lalu dan menabrak medan magnet bumi.

Badai elektromagnetik yang dihasilkan matahari itu cenderung memicu pertunjukan spektakuler Cahaya Utara atau Aurora di Rusia, Amerika Utara dan Eropa bagian utara. Hal itu juga bisa mengganggu komunikasi antara satelit yang mengorbit dan penerima di bumi.

Tetapi ukuran yang relatif kecil menyebabkan para ahli mempertimbangkan gangguan besar tidak mungkin terjadi. Namun, kata Golub "kami tidak punya cara untuk memprediksi ini dengan pasti."

Fisikawan matahari juga tidak punya pegangan yang baik tentang mengapa matahari kadang-kadang diam untuk waktu yang lama. Terakhir adalah terjadi sekitar abad yang lalu yaitu pada 1600-an dan awal 1700-an.

Matahari tenggelam dalam ketenangan, dikenal sebagai Maunder Minimum (minimum di luar kebiasaan) yang berlangsung selama beberapa dekade. Pada posisi surut paling rendah ketika itu, aktivitas matahari hanya sekitar 0,1% dari normal selama 30 tahun.

Seperti yang terjadi, Maunder Minimum itu tumpang tindih dengan masa yang disebut Little Ice Age (zaman es kecil). Saat itu Sungai Thames di Inggris membeku sepanjang musim dingin, dan kelaparan meluas, karena musim yang lebih dingin dan banyak mempengaruhi Eropa.

Peristiwa kebetulan itu menyebabkan teori tingkat energi matahari yang kecil menyebabkan Little Ice Age. Tapi itu tidak cukup untuk menjelaskan misalnya perubahan iklim yang dramatis. “Waktunya kurang tepat, pendinginan mulai sebelum sunspots hilang,” kata Golub.

Hal yang sama berlaku saat ini. Variabilitas matahari mencapai sekitar 10% dari variabilitas suhu di seluruh dunia, kata Golub. Artinya jika menduga akan terjadi Maunder Minimum modern, itu tidak akan cukup untuk melawan efek pemanasan dari meningkatnya tingkat rumah kaca gas.

“Meskipun diketahui matahari baru terjaga, tapi itu bisa memasuki periode aktivitas matahari rendah dalam jangka panjang lagi. Ada prediksi matahari maksimum mendatang akan lemah,” timpal. Hal itu pernah terjadi sebelumnya puncak aktivitas matahari lebih lemah dan makin melemah. Kemudian akan berlangsung selama 30 atau 40 tahun. [mdr]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi disini atau akses mobile langsung

Senin, Agustus 16, 2010

Orang Kediri Sukses di Negeri Jepang

Rumus matematikannya dipakai sejumlah perusahaan telekomunikasi dunia.
VIVAnews - INSPIRASI besar memang bisa datang dari mana saja, termasuk dari film animasi untuk anak-anak. Anda mungkin tak pernah mengira, sebuah film anime Jepang ternyata bisa mengilhami penemuan penting yang merevolusi anggapan tak terpatahkan di jagat transmisi telekomunikasi nirkabel.

Tapi cerita itulah yang terjadi pada diri Khoirul Anwar, dosen sekaligus peneliti asal Indonesia yang bekerja di laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang.

Saat terdesak karena harus mengajukan tema penelitian untuk mendapatkan dana riset, Khoirul memeras otaknya. Akhirnya ide itu muncul juga dari Dragon Ball Z, film animasi Jepang yang kerap ia tonton.

Ketika Goku, tokoh utama Dragon Ball Z, hendak melayangkan jurus terdahsyatnya, 'Genki Dama' alias Spirit Ball, Goku akan menyerap semua energi mahluk hidup di alam, sehingga menghasilkan tenaga yang luar biasa.

"Konsep itu saya turunkan formula matematikanya untuk diterapkan pada penelitian saya," kata Khoirul, kepada VIVAnews melalui surat elektroniknya, Jumat 13 Agustus 2010.

Maka inspirasi itu kini mewujud menjadi sebuah paper bertajuk "A Simple Turbo Equalization for Single Carrier Block Transmission without Guard Interval."

Perhitungan efisiensi spektrum Dr Khoirul Anwar

Khoirul memisalkan jurus Spirit Ball Goku sebagai Turbo Equalizer (dekoder turbo) yang mampu mengumpulkan seluruh energi dari blok transmisi yang ter-delay, maupun blok transmisi terdahulu, untuk melenyapkan distorsi data akibat interferensi gelombang.

Asisten Profesor berusia 31 tahun itu dapat mematahkan anggapan yang awalnya 'tak mungkin' di dunia telekomunikasi. Kini sebuah sinyal yang dikirimkan secara nirkabel, tak perlu lagi diperisai oleh guard interval (GI) untuk menjaganya kebal terhadap delay, pantulan, dan interferensi. Turbo equalizer-lah yang akan membatalkan interferensi sehingga receiver bisa menerima sinyal tanpa distorsi.

Dengan mengenyahkan GI, dan memanfaatkan dekoder turbo, secara teoritis malah bisa menghilangkan rugi daya transmisi karena tak perlu mengirimkan daya untuk GI. Hilangnya GI juga bisa diisi oleh parity bits yang bisa digunakan untuk memperbaiki kesalahan akibat distorsi (error correction coding).

"GI sebenarnya adalah sesuatu yang ‘tidak berguna’ di receiver selain hanya untuk menjadi pembatas. Jadi mengirimkan power untuk sesuatu yang ‘tidak berguna’ adalah sia-sia," kata Khoirul.

Gagasan ini sendiri, dikerjakan Khoirul bersama Tadashi Matsumoto, profesor utama di laboratorium tempat Khoirul bekerja. Saat itu ia dan Tadashi hendak mengajukan proyek ke Kinki Mobile Wireless Center.

Setelah menurunkan formula matematikanya secara konkrit, Khoirul meminta rekannya Hui Zhou, untuk membuat programnya.

Cara kerja Chained Turbo Equalization

Metode ini bisa dibilang mampu memecahkan problem transmisi nirkabel. Apalagi ia bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi, termasuk GSM (2G), CDMA (3G), dan cocok untuk diterapkan pada sistem 4G yang membutuhkan kinerja tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah.

Ia juga bisa diterapkan Indonesia, terlebih di kota besar yang punya banyak gedung pencakar langit, maupun di daerah pegunungan. Sebab di daerah tadi biasanya gelombang yang ditransmisikan mengalami pantulan dan delay lebih panjang.

Tak heran bila temuan ini membesut penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan.

Kini hasil temuan yang telah dipatenkan itu digunakan oleh sebuah perusahaan elektronik besar asal Jepang. Bahkan teknologi ini juga tengah dijajaki oleh raksasa telekomunikasi China, Huawei Technology.

***

Ini bukan sukses pertama bagi Khoirul. Pada 2006, pria asal Kediri, Jawa Timur itu juga telah menemukan cara mengurangi daya transmisi pada sistem multicarrier seperti Orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) dan Multi-carrier code division multiple access (MC-CDMA).

Caranya yaitu dengan memperkenalkan spreading code menggunakan Fast Fourier Transform sehingga kompleksitasnya menjadi sangat rendah. Dengan metode ini ia bisa mengurangi fluktuasi daya. Maka peralatan telekomunikasi yang digunakan tidak perlu menyediakan cadangan untuk daya yang tinggi.

Belakangan, temuan ini ia patenkan. Teknik ini telah dipakai oleh perusahaan satelit Jepang. Dan yang juga membuatnya membuatnya kaget, sistem 4G ternyata sangat mirip dengan temuan yang ia patenkan itu.

Namun, putra dari pasangan (almarhum) Sudjianto dengan Siti Patmi itu, tak pernah lupa dengan asalnya. Hasil royalti paten pertamanya itu ia berikan untuk ibunya yang kini hidup bertani di Kediri. "Ini adalah sebagai bentuk penghargaan saya kepada orang tua, terutama Ibu," katanya.

Ayah Khoirul meninggal karena sakit, saat ia baru lulus SD pada 1990. Ibunyalah kemudian berusaha keras menyekolahkannya, walaupun kedua orang tuanya tidak ada yang lulus SD.

Sejak kecil, Khoirul hidup dalam kemiskinan. Tapi ada saja jalan baginya untuk terus menuntut ilmu. Misalkan, ketika melanjutkan SMA di Kediri, tiba-tiba ada orang yang menawarkan kos gratis untuknya.

Saat ia meneruskan kuliah di ITB Bandung, selama 4 tahun ia selalu mendapatkan beasiswa. "Orang tua saya tidak perlu mengirimkan uang lagi," kata Khoirul mengenang masa lalunya. Otaknya yang moncer terus membawa Khoirul ke pendidikan yang tinggi.

Ia mendapatkan beasiswa S2 dari Panasonic, dan selanjutnya beasiswa S3 dari perusahaan Jepang. "Alhamdulillah, meski saya bukan dari keluarga kaya, tetap bisa sekolah sampai S3. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pemberi beasiswa." katanya.

***
Sukses di negeri orang tak membuatnya lupa dengan tanah kelahiran. "Suatu saat saya juga akan tetap pulang ke Indonesia. Setelah meraih ilmu yang banyak di luar negeri," kata Khoirul.

Di luar kehidupannya sebagai seorang periset, Khoirul juga mengajar dan membimbing mahasiswa master dan doktor. Kedalaman pengetahuan agama pria yang sempat menjadi takmir masjid di SMA-nya itu, juga membawanya sering didaulat memberi ceramah agama di Jepang, bahkan menjadi Khatib shalat Iedul Fitri.

Tak hanya itu, Khoirul juga kerap diundang memberikan kuliah kebudayaan Indonesia. "Keberadaaan kita di luar negeri tak berarti kita tidak cinta Indonesia, tapi justru kita sebagai duta Indonesia," kata dia.

Selama mengajar kebudayaan Indonesia, ia banyak mendengar berbagai komentar tentang tanah airnya. Ada yang memuji Indonesia, tentu, ada pula yang menghujat. Untuk yang terakhir itu, ia biasanya menjawab dalam bahasa Jepang: Indonesia ha mada ganbatteimasu (Indonesia sedang berusaha dan berjuang).

***
Kini, Khoirul tinggal di Nomi, Ishikawa, tak jauh dari tempat kerjanya, bersama istrinya, Sri Yayu Indriyani, dan tiga putra tercintanya. "Semua anak saya memenuhi formula deret aritmatika dengan beda 1.5 tahun," Khoirul menjelaskan.

Yang paling besar lahir di Kawasaki, Yokohama, berusia 7 tahun. Yang kedua lahir di Nara berusia 5,5 tahun, dan ketiga juga lahir di Nara, kini berusia 4 tahun. Ia tak sependapat dengan beberapa rekan Jepangnya, yang mengatakan kehadiran keluarga justru akan mengganggu risetnya.

Baginya keluarga banyak memberikan inspirasi dalam menemukan ide-ide baru. "Belakangan ini saya berhasil menemukan teknik baru dan sangat efisien untuk wireless network saat bermain dengan anak-anak," katanya.

Malahan, Khoirul sering mengajak anak-anaknya melakukan riset kecil-kecilan di rumahnya. Bersama anak-anaknya pula, Khoirul sering menyempatkan waktu menonton bersama, terutama film animasi kegemarannya: Dragon Ball Z, Kungfu Panda, Gibli, atau Detektif Conan.

"Film animasi mengajarkan anak kita nilai yang harus kita pahami dalam kehidupan," kata Khoirul. Film animasi Gibli, misalnya, banyak bercerita bagaimana seharusnya manusia bisa bersahabat dengan alam, tidak merusaknya, serta mencintai mahluk hidup.

Bahkan ide dan semangat baru terkadang muncul dari menonton film. Misalnya nilai kehidupan yang dia petik dari film Kungfu Panda: 'There is no secret ingredient, just believe'. "Nilai ini saya artikan bahwa tidak ada rahasia sukses, percayalah bahwa apapun yang kita kerjakan bisa membuat kita sukses." kata Khoirul.(np)


• VIVAnews