INILAH.COM, Jakarta - Senin (1/8) lalu, matahari mengirimkan gelombang tsunaminya ke bumi. Aktivitas setelah tidur panjang itu, bisa jadi tanda zaman es baru di bumi.
Matahari telah diam selama beberapa tahun terakhir. Tapi diamnya terlalu tenang. Biasanya matahari naik dan turun dalam siklus tidur-bangun yang berlangsung rata-rata selama 11 tahun.
Saat matahari sedang maksimum maka bisa mengeruhkan lapisan luar dan belang-belang sunspots di permukaannya. Jilatan api matahari menakjubkan juga akan menjulur ke ruang angkasa, serta gumpalan partikel bermuatan memuntahkan semburan plasma yang dapat mencapai bumi.
Matahari minimum telah memasuki masa tenang, dan kesunyian mengerikan itu telah berlangsung selama sekitar dua tahun. “Orang-orang mulai gelisah,” kata astronom surya Leon Golub dari Harvard-Smithsonian.
Pada 1 Agustus lalu matahari mulai bangun namun belum dengan sepenuh hati. Website SpaceWeather.com menyebut ‘suar matahari kelas C3 dan tsunami surya’. Kondisi itu juga ditangkap dalam bentuk video spektakuler oleh Dynamics Solar Observatory NASA yang baru diluncurkan Februari.
Sebuah sendawa matahari telah mengirimkan awan partikel bermuatan raksasa menuju bumi. Partikel itu tiba pada beberapa hari lalu dan menabrak medan magnet bumi.
Badai elektromagnetik yang dihasilkan matahari itu cenderung memicu pertunjukan spektakuler Cahaya Utara atau Aurora di Rusia, Amerika Utara dan Eropa bagian utara. Hal itu juga bisa mengganggu komunikasi antara satelit yang mengorbit dan penerima di bumi.
Tetapi ukuran yang relatif kecil menyebabkan para ahli mempertimbangkan gangguan besar tidak mungkin terjadi. Namun, kata Golub "kami tidak punya cara untuk memprediksi ini dengan pasti."
Fisikawan matahari juga tidak punya pegangan yang baik tentang mengapa matahari kadang-kadang diam untuk waktu yang lama. Terakhir adalah terjadi sekitar abad yang lalu yaitu pada 1600-an dan awal 1700-an.
Matahari tenggelam dalam ketenangan, dikenal sebagai Maunder Minimum (minimum di luar kebiasaan) yang berlangsung selama beberapa dekade. Pada posisi surut paling rendah ketika itu, aktivitas matahari hanya sekitar 0,1% dari normal selama 30 tahun.
Seperti yang terjadi, Maunder Minimum itu tumpang tindih dengan masa yang disebut Little Ice Age (zaman es kecil). Saat itu Sungai Thames di Inggris membeku sepanjang musim dingin, dan kelaparan meluas, karena musim yang lebih dingin dan banyak mempengaruhi Eropa.
Peristiwa kebetulan itu menyebabkan teori tingkat energi matahari yang kecil menyebabkan Little Ice Age. Tapi itu tidak cukup untuk menjelaskan misalnya perubahan iklim yang dramatis. “Waktunya kurang tepat, pendinginan mulai sebelum sunspots hilang,” kata Golub.
Hal yang sama berlaku saat ini. Variabilitas matahari mencapai sekitar 10% dari variabilitas suhu di seluruh dunia, kata Golub. Artinya jika menduga akan terjadi Maunder Minimum modern, itu tidak akan cukup untuk melawan efek pemanasan dari meningkatnya tingkat rumah kaca gas.
“Meskipun diketahui matahari baru terjaga, tapi itu bisa memasuki periode aktivitas matahari rendah dalam jangka panjang lagi. Ada prediksi matahari maksimum mendatang akan lemah,” timpal. Hal itu pernah terjadi sebelumnya puncak aktivitas matahari lebih lemah dan makin melemah. Kemudian akan berlangsung selama 30 atau 40 tahun. [mdr]
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi disini atau akses mobile langsung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar