Sabtu, September 25, 2010
Mahasiswa Indonesia dari Fukui University Mendapat Penghargaan Internasional Bidang Fisika
Dapunta Online – MAHASISWA program master dari Fukui University, Ali Khumaeni, baru-baru ini mendapatkan penghargaan best paper tingkat internasional bidang aplikasi “Laser-Induced Breakdown Spectroscopy” (LIBS) pada konferensi internasional LIBS ke-6 di Amerika Serikat pada September ini.
Makalahnya yang berjudul “Direct Analysis of Powder Sample Using Transversely Excited Atmospheric CO2 Laser-Induced Metal-Assisted Gas Plasma at 1 atm by Introducing the Powder Particles into the Plasma” dinilai punya orisinalitas oleh para juri.
Menurut Khumaeni dalam surat elektroniknya, riset yang ia lakukan meneliti tentang kandungan nutrisi (seperti kalsium dan sodium) dalam makanan dan produk farmasi serbuk (seperti beras bubuk, tepung, dan multivitamin) dengan menggunakan teknik LIBS dengan memanfaatkan suatu metode baru bernama TEA CO2 laser.
Dengan metode baru itu, waktu analisis produk farmasi serbuk dapat dihemat karena dilakukan tanpa harus memadatkan contoh serbuk itu. Selain itu, dengan sensitifitas deteksi atom yang sangat tinggi, metode ini dapat mendeteksi atom-atom logam berat hingga konsentrasi sangat rendah sampai 1-10 ppm (part per million).
Khumaeni bergelar sarjana sains dari Universitas Diponegoro di bidang Fisika dengan skripsi yang juga membahas mengenai aser plasma spektroskopi di bawah bimbingan Prof. Dr. Wahyu Setiabudi, seorang profesor di Departemen Fisika Universitas Diponegoro dan Dr. Koo Hendrik Kurniawan, Kepala Maju Makmur Mandiri Research Center (M3RC) Jakarta Barat.
Di Indonesia, teknik ini bisa diaplikasikan di perusahaan-perusahaan makanan serbuk, farmasi dan obat-obatan untuk menganalisis persentase kandungan unsur di dalam makanan atau obat-obatan serbuk yang diperlukan tubuh dan menganalisis kemungkinan makanan atau obat-obatan mengandung atom-atom logam berat dengan konsentrasi tinggi.
Saat ini belum ada perusahaan di Indonesia yang menggunakan teknik LIBS. Mayoritas menggunakan X ray flouresecence (XRF) padahal teknik ini tidak bisa mendeteksi atom-atom ringan seperti boron yang kurang baik bagi tubuh jika terkandung dalam makanan dengan konsentrasi tinggi.
Pemuda kelahiran 14 Juli 1983 mengakui bahwa ide riset ini berasal dari pembimbingnya, Prof. Kiichiro Kagawa.
Walau mengalami kesulitan saat eksperimen untuk menghasilkan data garis emisi atom, tapi secara bertahap ia dan rekannya dapat mendeteksi atom logam berat hingga level 1-10 ppm.
Khumaeni melakukan riset ini bersama dengan tiga orang rekannya yaitu Zener Sukar Lie (mahasiswa doktor dari Indonesia), Tetsuya Yamamoto dan Keisuke Nakayama (Mahasiswa S1 dari Jepang).
Untuk rencana ke depannya, ia dan rekan akan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk mengaplikasikan metode ini. Sudah ada beberapa perusahaan di Jepang yang tertarik dan tidak tertutup kemungkinan melakukan kerja sama dengan perusahaan di Indonesia.
Penelitian lain Khumaeni di bidang spektroskopi juga sudah dimuat di berbagai jurnal internasional seperti Journal of Current Applied Physics dan Journal of Optics and Laser Technology. [*] (ant/dp
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar